Membangun Kembali Ruh (spirit) FASTABIQU – Al khairat
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bercermin pada diri Nabi kita
(Muhammad Saw) adalah seorang yang mampu mensyukuri nikmat Allah. Beliau adalah
seorang yang berjiwa besar, termasuk di dalam upayanya untuk meraih kesuksesan.
Dengan seluruh potensi dan kesempatan yang di milikinya, Dia selalu “Bisa”
berjuang untuk menjadi yang terbaik tanpa mengusik kehadiran orang lain, bahkan
Muhammad Husain Haikal menyebutnya sebagai inspirator bagi (kesuksesan) orang
lain. Dia berhasil menjadi insan kamil (manusia sempurna). Manusia “multi-dimensi”,yang
berhasil mencapai puncak prestasi tertinggi tanpa harus menzalimi orang lain.
Beliau bisa bermitra dengan siapa pun, dan memandang para kompetitornya sebagai
mitra untuk meraih prestasi.
Kata
orang bijak, hidup ini adalah sebuah proses untuk memahami dan memanfaatkan
fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay (penundaan). Oleh karenanya “tataplah arloji” yang melekat di
pergelangan tangan anda, adakah ia mau menunggu diri anda? Inilah ungkapan
orang-orang bijak yang bisa kita jadikan sebagai alas belajar. “Belajar Untuk Menghargai Waktu”.
Ruh (spirit) Budaya Fastabiqu
al-khairat, “Kesediaan untuk
berlomba-lomba dalam menuju dan meraih kebaikan”.
Kelompok manusia
jenis pertama
adalah “mereka yang zalim (menzalimi dirinya sendiri)”. Keburukan mereka lebih
banyak dari pada kebaikan yang mereka perbuat. Mereka menghabiskan waktunya
untuk melakukan aktivitas yang tidak di ridhai oleh Allah. Hidupnya lebih
banyak diisidengan tindakan maksiat.
Kelompok manusia jenis kedua adalah mereka
yang ada di pertengahan (persimpangan). Dalam arti, keburukan, tetapi di waktu
lain merekapun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ibadahnya ‘jalan’
,keburukannya pun jalan seiring dengan ketaatannya, yang dalam banyak hal
sering disebut sebagai orang yang terjebak dalam budaya STMJ (Shalat terus, Maksiat jalan).
Dan kelolpok
manusia jenis ketiga adalah mereka yang selalu membangun Ruh
(spirit) budaya Fastabiqu al-khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan (ketaatan).
Inilah karakteristik (dari) para sahabat Rasulullah s.a.w terbalik.
Karena
ruh (spirit) budaya Fastabiqu al-khairat inilah para sahabat Rasulullah s.a.w
pantas dikatakan sebagai “Khairu ummah” atau generasi yang
terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatn
mereka kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatanuntuk mengisi setiap desahan
nafas mereka dalam ketaatan kepada Allah.