Dakwah Bukan Sekedar Ceramah
Sungguh
dakwah bukanlah sekedar pidato, ceramah, dan retorika belaka, tetapi harus
menjadi teladan tindakan sebagai dakwah yang erat berkaitan dengan kehidupan
umat. Akibat semakin luas dan semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat yang
perlu menerima dakwah, maka dakwah harus menjadi “komunikasi non verbal” atau
dakwah bil hal. Dalam artian bahwa, kegiatan dakwah tidak hanya berpusat di
masjid-masjid, di forum-forum diskusi, pengajian, dan semacamnya. Dakwah harus
mengalami desentralisasi kegiatan.
Ia
harus membumi dan berada di bawah, di pemukiman kumuh, di rumah-rumah sakit, di
teater-teater, di studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di
pusat-pusat perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat
gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan dan sebagainya. Dakwah juga
tidak hanya dilakukan oleh para da’i, ustad, dan kyai, tetapi juga oleh semua
kalangan umat Islam.
Model
dakwah yang dilakukan secara verbal, oratorik dengan teks-teks Al-Qur’an dan
Sunnah menempatkan dakwah dan pelakunya eksklusif selain menyimpang dari
rahmatan lil’alamin dan juga dari tradisi kenabian Muhammad SAW. Hal itu
menyebabkan kegagalan menampilkan Islam sebagai sesuatu yang menarik dan baik
bagi semua orang dalam ragam hirarki keagamaan (santri abangan) faham
keagamaan, golongan dan kelas. Bahkan merangkap Islam menjadi agama elit yang
tidak terbuka bagi orang awam dan si miskin serta hanya beredar di dalam
dirinya sendiri.
Oleh
karena itu, dakwah juga harus mempertimbangkan tujuan lebih luas yang bisa
diperankan hamper semua orang yang berminat menebarkan praksis, dan praktik
kebaikan, keadilan, kesejahteraan, dan kecerdasan. Dakwah adalah kegiatan seni
budaya, politik, penelitian, dan pers serta pembelaan mereka yang tertindas,
melarat dan kelaparan. Dakwah bukan hanya khutbah, pengajian, dan
kepesantrenan, atau hanya bagi lembaga dengan nama resmi Islam yang hanya
melibatkan suatu kelas keagamaan (santri).
0 komentar:
Posting Komentar