Pages

Jumat, 18 Januari 2013

Membangun Kembali Ruh (spirit) FASTABIQU – Al khairat


Membangun Kembali Ruh (spirit) FASTABIQU – Al khairat
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
        Bercermin pada diri Nabi kita (Muhammad Saw) adalah seorang yang mampu mensyukuri nikmat Allah. Beliau adalah seorang yang berjiwa besar, termasuk di dalam upayanya untuk meraih kesuksesan. Dengan seluruh potensi dan kesempatan yang di milikinya, Dia selalu “Bisa” berjuang untuk menjadi yang terbaik tanpa mengusik kehadiran orang lain, bahkan Muhammad Husain Haikal menyebutnya sebagai inspirator bagi (kesuksesan) orang lain. Dia berhasil menjadi insan kamil (manusia sempurna). Manusia “multi-dimensi”,yang berhasil mencapai puncak prestasi tertinggi tanpa harus menzalimi orang lain. Beliau bisa bermitra dengan siapa pun, dan memandang para kompetitornya sebagai mitra untuk meraih prestasi.
          Kata orang bijak, hidup ini adalah sebuah proses untuk memahami dan memanfaatkan fungsi dari waktu. Ia terus saja berjalan, tidak ada delay (penundaan). Oleh karenanya “tataplah arloji” yang melekat di pergelangan tangan anda, adakah ia mau menunggu diri anda? Inilah ungkapan orang-orang bijak yang bisa kita jadikan sebagai alas belajar. “Belajar Untuk Menghargai Waktu”.
          Ruh (spirit) Budaya Fastabiqu al-khairat,  “Kesediaan untuk berlomba-lomba dalam menuju dan meraih kebaikan”.
          Kelompok manusia jenis pertama adalah “mereka yang zalim (menzalimi dirinya sendiri)”. Keburukan mereka lebih banyak dari pada kebaikan yang mereka perbuat. Mereka menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas yang tidak di ridhai oleh Allah. Hidupnya lebih banyak diisidengan tindakan maksiat.
          Kelompok manusia jenis kedua adalah mereka yang ada di pertengahan (persimpangan). Dalam arti, keburukan, tetapi di waktu lain merekapun melakukan kebaikan. Merekalah orang yang ibadahnya ‘jalan’ ,keburukannya pun jalan seiring dengan ketaatannya, yang dalam banyak hal sering disebut sebagai orang yang terjebak dalam budaya STMJ (Shalat terus, Maksiat jalan).
          Dan kelolpok manusia jenis ketiga  adalah mereka yang selalu membangun Ruh (spirit) budaya Fastabiqu al-khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan (ketaatan). Inilah karakteristik (dari) para sahabat Rasulullah s.a.w terbalik.
          Karena ruh (spirit) budaya Fastabiqu al-khairat inilah para sahabat Rasulullah s.a.w pantas dikatakan sebagai “Khairu ummah” atau generasi yang terbaik. Mereka tidak pernah melewatkan momentum untuk menjalankan ketaatn mereka kepada Allah. Tak rela melepaskan kesempatanuntuk mengisi setiap desahan nafas mereka dalam ketaatan kepada Allah.

0 komentar:

Posting Komentar