Pages

Jumat, 18 Januari 2013

Shalat Jenazah



Shalat Jenazah

Ø     Keutamaan Shalat Jenazah
    
     Islam adalah agama yang sempurna, di antara kesempurnaannya adalah melekatnya hak sesama muslim walaupun telah meninggal dunia. Hak itu adalah menyalatkan jenazahnya & mengiringinya hingga di pemakaman. Lebih dari itu, pahala besar pun diraih karenanya.

Ø     Hukum Shalat Jenazah
       
        Hukum menyalatkan jenazah seorang muslim adalah fardhu kifayah. Artinya setiap jenazah seorang muslim memiliki hak untuk dishalatkan oleh saudara muslim lainnya.
        Ada dua orang golongan yang dikecualikan dari hukum di atas. Kedua golongan tersebut tidak wajib di shalatkan, namun boleh juga (disyariatkan) untuk di shalatkan yaitu :

a.     Anak kecil yang belum baligh
   Sesungguhnya Nabi tidak menyalatkan putra beliau -Ibrahim- . ‘Aisyah berkata,  “Ibrahim, putra Nabi meninggal dunia ketika berusia delapan belas bulan. Rasulullah tidak menyalatkannya.” (HR. Abu Dawud no. 3187, hadist hasan, lihat Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud).

Manakala janin itu usianya belum genap empat bulan, maka tidak di shalatkan, karena belum di tiupkan ruh padanya, sehingga tidak di kategorikan sebagai mayit atau jenazah. (lihat Ahkamul  Jana’iz hal 81).



b.    Mati syahid
   Banyak para syuhada baik pada perang Uhud atau yang lainnya tidak di shalatkan oleh rasulullah. Namun di waktu lain, beliau juga menyalatkan sebagian para syuhada, di antaranya adalah paman beliau, Hamzah yang mati syahid di perang Uhud. Tentunya menyalatkannya itu lebih utama karena shalat jenazah itu merupakan doauntuk si mayit sekaligus sebagai tambahan ibadah bagi yang mengerjakannya.

            Adapun  golongan orang -  orang di bawah ini maka berlaku syariat shalat jenazah untuk mereka (fardhu kifayah) :

a.     Orang yang meninggal dunia karena menjalani hukuman pidana mati (had) seperti rajam atau qishash. (HR. Muslim no. 1696)
b.    Pelaku maksiat yang tenggelam dalam berbagai kemaksiatan.
c.      Orang yang meninggal dunia dalam keadaan meninggalkan hutang. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
d.    Seseorang yang di makamkan sebelum dishalatkan atau sudah dishalatkan oleh sebagian orang sedangkan sebagian yang lain belum menyalatkannya. (HR.Al – Bukhari no. 1247)
e.     Seseorang yang meninggal dunia di sebuah negeri dan tidak ada seorang pun yang menyalatkannya di depan jenazah. (Zadul Ma’ad 1/205-206)




Ø     Bagaimana Hukum Menyalatkan Jenazah Orang Kafir ?
       
        Di haramkan menyalatkan dan memohon ampun maupun rahmat bagi orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan kafir.
        Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Aku mendengar seseorang memohon ampun untuk kedua orang tuanya yang masih musyrik. Maka aku bertanya kepadanya, “ Apakah engkau memintakan ampun untuk kedua orang tuamun sedang keduanya masih musyrik?”  Jawab orang itu, “Bukankah Nabi Ibrahim juga memintakan ampun untuk ayah beliau yang masih musyrik?” Kemudian aku memberitahukan hal ini kepada Nabi.





Oleh : Muhammad Dzulkifli

Facebook : Muhammad Dzoelkiflie
( add yaw....!!    :D)





 SMP Muhammadiyah 2 bangil

0 komentar:

Posting Komentar